Senin, 01 Maret 2010

! (tanda seru)

      Ternyata dia bernama Rahim, meskipun cewek! Aku baru saja dibuat tersinggung olehnya, dan malu. Bagaimana tidak! Begini ceritanya:
      Aku sedang berdiri tegak, nyaris tanpa gerak, di bawah pohon mangga yang paling utara, di balakang rumah. Sekali-sekali kutengokkan kepalaku ke sembarang arah, mencari kalau-kalau ada buah mangga yang terserak. Itupun kulakukan dengan hati-hati. Barusan ini, telah kusebarkan biji-biji jagung tumbukkan di halaman kebun setempat-setempat, dan sebagian di atas jalan setapak berpaving yang memotong tengah halaman. Ada juga yang kuletakkan diatas tampah, yang kupasang pada cabang pohon mangga, diantara rerimbunan daun-daunnya. Saat itu di rumah sepi, tinggal aku sendiri. Sekonyong-konyong seekor burung Gereja turun dari atas dan mendarat di runway paving setapak, kira-kira enam kaki dari tempatku berdiri. Dia tampaknya tidak menyadari kehadiranku di situ. Namun, teman-temannya yang masih di atas, gaduh bukan kepalang, "Him!! Rahim!! Waspada!!" Seketika itu juga pandangan Rahim menubruk sosokku, dan secepat kilat diapun melesat ke atas, dan bertengger di ranting pohon mangga di atas kepalaku yang dirasakannya paling aman. Aku merasa tersinggung oleh tingkahnya itu, dan benar-benar dibuatnya jengkel. Yang jelas aku tidak pernah berniat jahat sedikit pun terhadap mereka, tidak juga ada keinginan dalam hatiku untuk menangkap mereka. Bahkan sebaliknya, aku akan merasa senang kalau saja dia dan teman-temannya mau beria-ria dengan butir-butir jagung tumbukkan yang sengaja kubelikan dari toko makanan burung, dan kutebarkan untuk mereka sesaat tadi.
      Kebun di belakang rumah, memang sudah menjadi semacam day club burung-burung. Selain burung Gereja, ada beberapa jenis lainnya, Emprit, Kolibri, Prenjak dan Kutilang. Selain biji jagung tumbukkan, juga kuseidakan beberapa buah pisang kapukan yang kugantungkan di pohon mangga bagi burung Kutilang. Sedang kolibri cukup makan madu dari bunga pohon Dadap Merah yang bunganya berlimpah, tidak pernah surut berbunga sepanjang tahun. Jika pada tengah hari, ketika matahari sedang terik, kolibri akan memenuhi pohon Dadap Merah, dengung kepakkan sayap dan kicaunya yang kecil memenuhi udara siang yang pengap dan panas. Kicauannya lebih terdengar seperti cicit yang serak. Sedangkan Prenjak lebih suka serangga-serangga pohon, semut Rang-rang, Kupu, Kejer, dan sejenis Kepik. Karena memang mereka pemakan serangga. Namun, walaupun makanan mereka berbeda, konon Kolibri dan Prenjak dari satu family, mereka tak pernah turun lebih rendah dari 1 meter dari permukaan tanah.
      Selain Rahim, aku mengenal beberapa nama lain. Boleh jadi predikat "gereja" yang disandangkan kepada burung jenis ini lantaran habitat yang paling aman bagi mereka adalah di bangunan-bangunan itu.
      Aku sudah terbiasa memperhatikan makhluk-makhluk ini bersuka ria di halaman kebun belakang rumah. Jumlah mereka lebih dari enampuluh. Ada yang menari-nari sambil menggenggengkan kedua sayapnya. Ada juga yang menggetarkan tubuhnya sambil berputar-putar. Ada yang bergumul-gumulan di udara sambil turun ke tanah. Ada pula yang bermandi-mandi di baskom yang penuh berisi air yang baru kemarin kupasang di dekat pohon jambu, di antara belukar tanaman perdu berbunga pentul, berwarna merah violet. Kicau-kicau mereka gencar tidak berkeputusan sepanjang hari. Dan amat mengasyikkan. Mereka seakan-akan jelamaan dari cahaya sorga, yang menembus keluar melalui celah-celah dindingnya, kemudian menyentuh atmosphere bumi. Mereka tidak mempedulikanku yang sedang duduk di kursi plastik di bawah atap teras belakang rumah. Sungguh sangat menakjubkan. Aku serasa mendengar mereka bersorak "Horree! Inilah kami!"
      Sementara itu, aku masih berdiri tegak, sementara si Rahim masih bertengger pada sebuah ranting di atasku sambil memaling-malingkan kepalanya ke segala penjuru, seakan-akan dia khawatir kalau-kalau aku ikut melesat keatas dan bertengger di sebelahnya. Rasa tersinggung dan malu menguasai diriku. Aku buru-buru protes,
      "Hei, Him! Mengapa engkau terlalu menjijiki diriku! Apakah aku tampak sejahat yang hendak menyergapmu! Jangan begitu dunk! Bersahabatlah sedikit denganku! Tidakkah kau lihat, setiap hari dengan hati senang kutebarkan biji-biji lembut untukmu di seantero kebun ini. Bukankah itu pertanda bahwa aku ingin berbaik-baik dengan kalian semua?"
      "Oh… Maaf! Maaf! Sikap kami terhadapmu dan yang sebangsamu adalah sekedar melakukan wasiat yang paling utama dan paling mula, yang kami terima dari moyang kami terdahulu, bahkan sejak sebelum kalian eksis di bumi kami ini."
      "Ah… Kamu berlebihan, Him!"
      "Tidak! Dengarkan! Kami tahu, sesamaku yang telah kalian tangkap, juga tidak pernah kekurangan beraneka ragam makanan dan santapan lezat!"
      "Oh, jangan kau samaratakan, dunk! Aku tidak yakin bahwa dalam wasiat itu termasuk orang-orang sperti aku."
      "Wasiat itu hanya satu kata, dan sama-sekali tidak menyebutkan dirimu atau yang seumpamamu. Wasiat itu tertulis dengan huruf-huruf yang amat jelas, sejelas cahaya, berwarna merah darah, dan terbaca dari bumi ini, meski tulisan itu terpampang di langit lapis yang ke tujuh sekalipun."
      "Apa gerangan isi wasiat itu?"
      "Hanya satu kata yang kami terima... Waspada!!"
      "Lalu, bagaimana engkau menerima wasiat itu! Bukankah kalian adalah makhluk yang tak berbudaya!"
      "Itulah kerugian yang paling besar, paling dahsyat yang menimpa kalian umat insan, karena tidak akan pernah bisa mengerti atau memahaminya, sampai bumi ini punah sekalipun kelak! Wasiat itu disampaikan kepada kami melalui jalur rahasia yang paling rahasia ke dalam hidup dan kehidupan kami, yaitu Naluri..."

jl cendrawasih no.19, tegal 52131

Nb: foto-fotonya nyusul. jaringan lagi lemot buat upload foto.

Minggu, 21 Februari 2010

TOP CAT


      Kisah ini bermula di sebuah bandara kecil di Afrika. Bandara udara tersebut sederhana dan cukup terbuka. Karena bandara ini cukup terbuka, maka banyak hewan yang mengadakan arisan di landasan pesawat terbang. Dan hewan dengan jumlah yang berlebihan di situ adalah unggas. Sudah sering terjadi kecelakaan pesawat terbang diakibatkan unggas yang masuk kedalam baling-baling pesawat. Unggas yang paling banyak dijumpai di sekitar bandara dengan jumlah paling dominan adalah merak liar dan ayam hutan. Merak liar tidak seperti merak peliharaan yang memiliki ekor nan indah bagaikan kipas berwarna-warni hijau-biru-merah-kuning. Bentuk ekornya sederhana namun memiliki bulu-bulu ekor yang panjang. Tubuhnya lebih bulat dan lebih kecil dari pada merak hias. Selain itu merak liar mampu terbang. Ayam hutan lebih mirip dengan ayam bekisar. Konon antara ayam hutan dan bekisar masih memiliki tali persaudaraan yang cukup dekat, mungkin tante dari keponakan ipar kakek tetangganya ada yang menikah dengan ayam hutan. Masih dalam satu family. Suara kokok ayam hutan jantan mirip dengan ratapan kuntilanak yang kakinya terkena beling.
      Kembali ke bandara udara afrika yang sangat sering diganggu oleh unggas liar. Untuk mengatasi gangguan dari hewan-hewan liar, bandara tersebut memelihara 2 ekor cheetah. Kedua cheetah itu mampu mengatasi gangguan dari mamalia-mamalia kecil seperti keluarga babihutan. Namun mereka tidak mampu mengatasi gangguan yang diakibatkan oleh unggas. Untuk dapat memburu unggas diperlukan seekor predator yang jauh lebih akrobatik lagi. Maka pihak bandara pun menghubungi perhimpunan penyayang binatang sedunia, guna meminta solusi untuk mengatasi unggas yang jumlahnya sangat berlebihan.

      Perhimpunan penyayang binatang tersebut mendatangkan 4 ekor lynx yang didapat dari "seseorang" di inggris yang membeli lynx tersebut dari pasar hewan gelap, katakanlah "Pasar Ngasem"nya sana.
Lynx adalah sejenis kucing liar, dari sub-family Felidae Felinae (Small Cat). Dalam bahasa Jawa di kenal dengan nama Eurasian Lynx (Lynx Lynx Poing in Latin). Lynx dijuluki pemburu paling akrobatik, karena lompatannya mencapai ketinggian 2 meter, dan dapat berputar sambil merubah posisi di udara, dan tetap mendarat pada kakinya. Lynx sanggup menangkap seekor burung yang kebetulan sedang terbang rendah. Ekornya membantu bermanuver saat di udara.
      Keluarga lynx yang didatangkan dari europa itu terdiri dari: Skrouder, lynx jantan dominan, berusia sekitar 5 tahun, dan lahir di dalam kandang. Isabel, lynx betina dominan, berusia 5 tahun, hasil tangkapan dari alam liar, dan ketika di tangkap dari alam liar dia berusia 2 tahun. Bob dan Rag, anak-anak dari pasangan Skrouder – Isabel, lahir di dalam kandang, dan masing-masing berusia hampir 2 tahun. Kemudian terjadilah sebuah perjanjian yang ganjil antara lynx dengan para manusia itu. Mereka menawarkan sebuah kebebasan kepada keluarga lynx tersebut, kemerdekaan dengan harga sangat mahal.
      Dari keluarga lynx tersebut hanya isabel yang memiliki pengalaman di alam liar, namun itupun sudah sangat lama sekali. Dan mungkin dia telah melupakannya. Ketika dia melihat seekor merak liar, dia mulai merendahkan tubuhnya, mengendap-endap dan mengintai. Sesaat kemudian dia berhenti dan mengangkat kepalanya perlahan, tanda bahwa dia kehilangan minatnya pada merak liar tersebut, dan seakan-akan dia hendak berkata, "lalu, apa yang harus kulakukan?". Dia masih memiliki naluri berburu, namun dia telah kehilangan naluri untuk membunuh. Perlu diadakan sedikit training bagi isabel untuk menyegarkan ingatannya kembali, agar dia ingat jika dulu dia pernah menjadi hewan liar dan seekor solitary hunter paling akrobatik.
      Sedangkan Skrouder, Bob dan Rag benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Dibutuhkan training yang lebih intensif lagi untuk mengasah naluri mereka.
      Kemudian diadakan sebuah latihan untuk mengasah naluri mereka. Latihan itu terdiri dari beberapa tahap.
Tahap pertama, tak ada sesuatu yang khusus yang perlu dikerjakan. Mereka hanya perlu tetap bertahan hidup dan menghindari kejaran cheetah-cheetah yang lebih dahuu telah ada di situ.
      Tahap kedua, mereka dilatih untuk menggunakan indera penciuman mereka untuk mencari potongan-potongan daging merak liar yang disembunyikan di antara semak belukar dan berbagai tempat persembunyian yang lain. Hal ini masih mudah, tidak ada kesulitan, hamper tidak ada kesulitan. Isabel tidak kesulitan untuk menggunakan kemampuan indera penciumannya. Bob dan rag, keduanya cepat belajar. Sedangkan skrouder, dia yang paling malas, dia tidak pernah berusaha untuk mencarinya sendiri dan hanya merebut daging yang didapatkan oleh bob.skrouder masih tetap menjaga sosialisasi diantaranya seperti ketika mereka masih di dalam kandang. Padahal hal sepoerti itu tidak diperluikan di antara lynx, karena mereka sebenarnya adalah pemburu yang sangat menyendiri, “single fighter”.
      Tahap ketiga, jauh lebih berat dari tahap pertama dan kedua. Untuk mendapatkan makanan, dibutuhkan perjuangan yang lebih keras lagi. Tidak ada lagi potongan daging yang disembunyikan di antara semak belukar. Namun kali ini disembunyikn di atas pohon, bangkai seekor merak liar lengkap dengan bulu-bulunya. Untuk mendapatkan makanan selain mengandalkan indera penciuman, mereka juga dituntut untuk menggunakan cakar mereka untuk menaiki pohon. Belum lagi mereka harus mencabuti bulu-bulu dari bangkai merak itu untuk bisa memakan dagingnya. Bagi mereka hal ini terasa aneh, sebab mereka belum pernah menghadapi daging yang kotor penuh bulu-bulu. Daging yang biasa mereka terima di dalam kandang adalah daging yang sudah dibersihkan dari bulu-bulu. Namun, isabel cepat belajar, bahkan pada awal tahap ini dia telah berhasil berburu merak liar dan ayam hutan sendiri. Tak lama kemudian dia memisahkan diri dari keluarganya dan mengambil daerah perburuannya jauh di dalam hutan. Walaupun tak sehebat Isabel, Bob dan Rag juga cepat belajar. Hanya skrouder yang paling malas. Sampai saat ini dia belum belajar apapun kecuali belajar merampok makanan Bob.
      Tahap yang terakhir, tidak ada lagi bangkai merak liar yang disembunyikan. Pelajaran telah usai sepenuhnya. Untuk mendapatkan makanan, mereka harus berburu sendiri, mengerahkan seluruh indera yang dia miliki, dengan segenap kemampuan yang ada. Rag cepat belajar, dan dia tidak mau membagi hasil buruannya dengan si Pecundang Skrouder. Namun, Bob masih membiarkan dirinya dirampok oleh Skrouder. Tak lama kemudian, Rag pergi meninggalkan mereka berdua. Lama kelamaan, Bob merasa harus mempertahankan hasil buruannya. Diapun melawan ketika Skrouder berusaha merebutnya, dan siap untuk bertarung. Isabel, Bob dan Rag telah membayar harga kebebasannya mereka, dan masing-masing mengambil daerah perburuannya, menandainya dan menjaganya. Sekarang tinggal Skrouder sendirian. Aduhai, apakah engkau akan berakhir sebagai pecundang! Kalah dalam seleksi, dan kemudian mati kelaparan! Sudah selesai seluruh rentetan pelajaran itu dan engkau belum sempat belajar apapun!
      Skrouder semakin lama semakin kelaparan. Sudah beberapa hari dia tidak makan. Karena rasa lapar yang tak tertahankan memaksa dia untuk menirukan apa yang pernah dilakukan oleh Isabel, Bob dan Rag. Dia mulai mengintai merak liar. Perlahan-lahan, kemudian meloncat dan menerkam. Tetapi gagal. Yah, tidak ada salahnya untuk mencaoba. Hingga pada suatu ketika, dia terlihat sedang merendahkan tubuhnya di antara semak belukar, mengintai seekor merak liar. Dia maju perlahan-lahan dari arah yang berlawanan dengan arah angin dan berusaha mengadakan gerakkan seminimal mungkin, agar kehadirannya tidak diketahui oleh merak liar tersebut. Dengan diam-diam, penuh kesabaran, terus maju. Langkah demi langkah dilakukan dengan sangat hati-hati. Kaki belakang di tempatkan di telapak yang di tinggalkan kaki depan di tanah, sehingga kaki belakang tidak pernah menginjak selain yang diinjak kaki depan. Semakin dekat dengan buruannya, dia pun semakin berhati-hati. Dia sudah terlalu lapar, sehingga dia tidak mau melewatkan kesempatan untuk mendapatkan makanan, walaupun kesempatan itu sekecil apapun. Ketika merak liar itu telah masuk dalam jagkauannya, kira-kira 10M, tiba-tiba merak liar itu menyadari kehadiran seekor lynx di dekatnya dan cepat-cepat melesat terbang. Sudah terlanjur sampai sejauh ini, Skrouder mengerahkan seluruh apa yang dia miliki. Menghambur dari tempat persembunyiannya, berlari dan mengejar. Dan dengan bertumpu pada kedua kaki belakangnya, dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk melompat, menterjang dan menerkam, dengan segala jurus yang dia miliki. Dia kehilangan keseimbangan di udara, agak sedikit terlambat untuk bermanuver, sehingga dia mendarat dengan terbanting ke tanah. Namun, taring-taringnya menancap dengan mantap di leher merak liar itu. Sukses!! Dia telah membayar tunai kebebasannya!!
      Dari keempat lynx tersebut, Skrouder lah yang mengambil daerah perburuan paling dekat dengan bandara udara. Dia selalu terlihat sedang berjaga, menegakkan dada dan mendongakkan kepalanya, mengamankan landasan udara dari gangguan unggas...
Dia telah membayar tunai kebebasannya, dan menampilkan dirinya sebagai yang terbaik dari yang terbaik sebagai TOP CAT...